“Dasar halu”, kata-kata yang kerap dilontarkan untuk menanggapi orang yang perkataannya sulit dipercaya dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Tapi sayangnya, kata “halu” yang berasal dari halusinasi
, kurang tepat artinya untuk menanggapi tersebut.
Orang pikirannya “halu” padahal halusinasi itu ada hubungannya dengan panca indera, seperti suara peluit disangka sebagai suara orang. Kaitannya dengan indera pendengaran, indera rasa, indera raba.
Sementara orang yang perkataannya terlalu tinggi atau memiliki kecemasan yang berlebihan disebut delusi. Misalnya seseorang merasa mempunyai banyak orang dan ingin membagi-bagi uangnya, padahal pada kenyataannya tidak.
Atau orang yang merasa dirinya sebagai titisan sesuatu, sehingga ia bisa memberitahu orang mana yang benar dan salah. Padahal pada kenyataannya ia adalah orang biasa.
Seharusnya yang dipakai itu kata delusi, bukan “halu”. Kebanyakan orang sekarang salah arti.