Apa Itu Fujoshi? Semua yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Istilah Ini
Hai pembaca setia, apakah kamu pernah mendengar istilah Fujoshi? Istilah ini mungkin terdengar asing di telinga orang awam, tapi bagi kalangan pecinta anime dan manga, istilah ini sangat akrab di telinga. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang apa itu Fujoshi, asal-usul istilah ini, dan segala hal terkait dengan istilah yang satu ini. Jangan lewatkan ya!
Apa Itu Fujoshi?
Fujoshi adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang terdiri dari dua kata. Fujoshi berasal dari huruf kanji “fujo” yang diartikan gadis-gadis yang tidak identik dan unik, dan “shi” yang berarti warga kota atau kota metropolitan. Jadi, secara harfiah, fujoshi dapat diartikan sebagai “gadis kota yang tidak biasa”. Namun, saat ini istilah fujoshi lebih dikaitkan dengan istilah yang tidak terlalu positif, yaitu perempuan yang suka dengan cerita-cerita yang menampilkan hubungan romantis atau seksual antara dua lelaki dalam kisah Boys’ Love atau yaoi.
Fujoshi bisa dianggap sebagai salah satu jenis penggemar atau fandom yang cukup populer di Jepang. Para fujoshi biasanya suka membaca manga atau novel visual dengan genre Boys’ Love yang banyak dijual di toko buku di Jepang dan juga di luar Jepang. Mereka juga sering mengikuti perkembangan dan update dari berbagai anime, manga, dan game yang memiliki unsur Boys’ Love atau yaoi. Di Indonesia, para fujoshi tidak hanya suka mengikuti karya manga dan anime, tetapi juga drama dan film yang berasal dari Jepang, Korea, dan Taiwan.
Walaupun terkesan kontroversial, fujoshi sebenarnya hanya merupakan salah satu bentuk penggemar yang memiliki preferensi genre dan kisah yang unik. Fujoshi sangat terobsesi dengan relasi antara dua tokoh lelaki dalam kisah Boys’ Love atau yaoi yang sering ditampilkan dalam berbagai kisah manga atau anime. Biasanya, cerita-cerita tersebut menampilkan hubungan romantis atau seksual antara karakter utama lelaki dan tokoh pendukung lainnya yang juga seorang lelaki. Menariknya, meskipun fujoshi lebih dikenal sebagai penggemar atau fans wanita, ada juga sekelompok pria yang mempunyai preferensi yang sama dengan fujoshi, yaitu para fudanshi.
Fujoshi bukanlah tipe penonton atau pembaca yang memuja pasangan lelaki karena kurangnya minat pada karakter perempuan. Kebanyakan dari mereka menyukai pairing lelaki ini bukan karena kurang tertarik dengan perempuan secara umum, tetapi lebih karena sebuah pengalaman baru saat melihat hubungan antar lelaki yang unik dan membuat mereka merasa senang, tertarik, dan terhibur. Perempuan penggemar Boys’ Love atau yaoi ini juga sering kali dianggap sebagai pelampiasan dari fantasi mereka mengenai hubungan romantis, atau sebagai tontonan yang menarik dan lebih menantang daripada cerita-cerita standar.
Dalam sebuah komunitas fujoshi, bisa ditemukan acara yang disebut sebagai “meet and greet”, yaitu acara untuk berkumpul dan bertukar pandangan dengan fujoshi lainnya. Biasanya, dalam acara ini mereka mengenakan kostum sesuai karakter dari berbagai karya Boys’ Love yang mereka sukai dan juga membawa hiasan yang berkaitan dengan karakter-karakter tersebut. Acara “meet and greet” ini juga biasanya diisi dengan berbagai kegiatan seperti karaoke, permainan, dan diskusi tentang anime, manga, dan kisah-kisah Boys’ Love.
Jadi, apa itu fujoshi? Fujoshi adalah sebutan untuk para perempuan penggemar kisah Boys’ Love atau yaoi yang menampilkan kisah romantis atau seksual antara dua tokoh lelaki. Meskipun kontroversial, ini hanya merupakan bentuk dari penggemar yang memiliki preferensi unik dan menikmati karya-karya dengan genre tertentu.
Asal Usul Istilah Fujoshi
Istilah fujoshi berasal dari kata fujo (disebut juga fujoshi dan fujyoshi) yang berarti “perempuan aneh” atau “perempuan yang tidak bisa diterima”. Fujoshi merupakan istilah dalam bahasa Jepang untuk menyebut perempuan yang menyukai anime, manga, dan game dengan genre homoerotik atau yaoi yang menampilkan hubungan sesama pria.
Istilah fujoshi pertama kali dikenal luas pada tahun 2005 ketika manga berjudul “Otomen” karya Aya Kanno diterbitkan. Di dalam manga tersebut terdapat karakter perempuan yang digambarkan sebagai fujoshi. Sejak saat itu, istilah fujoshi semakin dikenal oleh masyarakat dan menjadi topik pembicaraan yang cukup populer di kalangan penggemar manga dan anime.
Fujoshi dan Yaoi Culture
Salah satu genre manga dan anime yang paling menonjol dalam budaya fujoshi adalah yaoi. Yaoi merupakan singkatan dari “yama nashi, ochi nashi, imi nashi” yang artinya tanpa klimaks, tanpa konflik, dan tanpa makna. Genre yaoi sendiri berasal dari fan fiction yang ditulis oleh penggemar perempuan yang merayakan hubungan sesama jenis di dalam cerita.
Budaya fujoshi terkadang dianggap kontroversial karena mengangkat tema seksualitas dan orientasi seksual yang belum tentu diterima oleh masyarakat umum. Namun, para fujoshi dan penggemar yaoi berpendapat bahwa mereka hanya mengekspresikan cinta dan keterkaitan emosional antara karakter dalam manga dan anime dalam bentuk fiksi.
Pada kenyataannya, budaya fujoshi dan yaoi sangat populer dan sukses baik di dalam maupun luar Jepang. Banyak produk terkait manga dan anime yang dijual di pasaran dengan tema yang digemari oleh para fujoshi.
Ciri-ciri Fujoshi
Sebagai subkultur yang cukup populer, fujoshi memiliki ciri-ciri khas yang mudah dikenali. Beberapa ciri-ciri fujoshi antara lain:
- Terobsesi dengan manga dan anime yaoi, bahkan lebih dari satu judul.
- Mudah terbawa perasaan terhadap karakter dalam manga atau anime, terutama para karakter pria yang berhubungan romantis.
- Berpikir dan berfantasi tentang karakter yang mereka sukai berhubungan romantis, meskipun karakter tersebut sebenarnya tidak berorientasi seksual seperti yang mereka impikan.
- Menggunakan bahasa yang tidak biasa dan unik yang menjadi ciri khas antar sesama fujoshi untuk saling mengenal.
- Menggambar atau menulis fan fiction tentang karakter yang mereka sukai dengan cerita yang berhubungan romantis.
Terlepas dari hal-hal yang dikritik oleh masyarakat, fujoshi merupakan subkultur yang cukup populer dan aktif. Para penggemar fujoshi seringkali berkumpul di acara-acara komik atau anime untuk sharing dan bertukar pikiran tentang manga atau anime yang mereka sukai.
Karakteristik Fujoshi
Fujoshi adalah istilah yang diberikan kepada perempuan yang gemar membaca manga atau menonton anime Boys’ Love (BL). Kata “fujoshi” sendiri berasal dari bahasa Jepang yang artinya “wanita yang mengagumi laki-laki”. Biasanya, fujoshi memiliki imajinasi seksual yang kuat terhadap karakter laki-laki dalam cerita tersebut.
Fujoshi cenderung menikmati adegan ciuman, pelukan, atau bahkan hubungan seksual antara karakter laki-laki dalam cerita BL. Meskipun begitu, fujoshi tidak selalu memiliki preferensi seksual yang sama dengan karakter dalam cerita tersebut. Bisa saja, fujoshi menyukai adegan BL karena mereka menemukan ceritanya menghibur dan menarik.
Fujoshi juga sangat gemar membuat fan fiction atau fan art dengan tema BL. Mereka akan menggunakan imajinasi mereka untuk menciptakan cerita atau gambar dengan karakter laki-laki dalam cerita BL sebagai tokoh utama. Biasanya, fan fiction atau fan art yang dibuat oleh fujoshi berisi adegan ciuman, pelukan, atau bahkan hubungan seksual antara karakter laki-laki tersebut.
Relasi dengan Yaoi dan Shounen-Ai
Fujoshi, Yaoi dan Shounen-Ai adalah tiga istilah yang sering kali dihubungkan dengan manga atau anime Boys’ Love. Namun, ada perbedaan antara ketiganya.
Yaoi merupakan singkatan dari “yama nashi, ochi nashi, imi nashi” yang artinya “tanpa klimaks, tanpa konflik, dan tanpa arti”. Yaoi biasanya menggambarkan cerita hubungan seksual antara dua karakter laki-laki yang sebelumnya tidak memiliki hubungan romantis atau seksual sebelumnya.
Shounen-Ai merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan romantis antara dua karakter laki-laki. Meskipun terdapat unsur romantis dalam cerita, secara umum Shounen-Ai cenderung tidak menggambarkan adegan hubungan seksual yang eksplisit.
Sementara itu, Fujoshi lebih mengacu pada perempuan yang menyukai cerita Boys’ Love dan membuat fan fiction atau fan art dengan karakter laki-laki dalam cerita tersebut sebagai subjek utama. Perbedaan utama antara fujoshi dengan Yaoi atau Shounen-Ai adalah bahwa fujoshi lebih terfokus pada kegiatan membuat fan fiction atau fan art.
Fujoshi di Indonesia
Trend anime dan manga di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Tanpa terkecuali, anime dan manga dengan tema Boys’ Love juga memiliki penggemar yang cukup besar di Indonesia. Hal tersebut membuat fujoshi di Indonesia semakin banyak bermunculan.
Para fujoshi di Indonesia juga sering kali berkumpul secara offline maupun online untuk membahas manga dan anime Boys’ Love. Mereka juga kerap mengadakan acara bertema fandom, seperti cosplay, fan fiction atau fan art competition dan lain sebagainya, untuk mendapatkan kesempatan bertemu sesama penggemar Boys’ Love.
Meskipun demikian, masih banyak yang menilai fujoshi sebagai kelompok yang aneh dan tidak wajar. Beberapa orang mungkin tidak mengerti atau tidak merasa nyaman dengan aktivitas fujoshi yang menciptakan fan fiction atau fan art dengan tema BL.
Namun, tidak ada yang salah atau aneh dengan menjadi fujoshi. Seperti halnya dengan penggemar manga atau anime pada umumnya, fujoshi juga memiliki hak untuk menikmati apa yang mereka sukai dan tidak perlu merasa malu atau merendahkan diri sendiri karena minatnya tersebut.
Bagi para fujoshi, kegiatan membuat fan fiction atau fan art dengan tema Boys’ Love dapat menjadi cara untuk menyalurkan imajinasi dan kreativitas mereka. Selain itu, dengan bergabung dengan komunitas fujoshi, mereka dapat menjalin persahabatan dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama.
Seiring dengan meningkatnya penggemar anime dan manga di Indonesia, kita bisa berharap bahwa penghargaan dan pengertian terhadap fujoshi sebagai bagian dari kelompok penggemar akan semakin meningkat pula.
Perbedaan Antara Fujoshi dan Fudanshi
Seiring dengan perkembangan dunia anime dan manga, istilah fujoshi dan fudanshi menjadi semakin populer di kalangan penggemar. Meskipun keduanya memiliki kesamaan, ada perbedaan yang cukup mencolok antara keduanya.
Fujoshi adalah sebutan untuk perempuan yang gemar membaca manga atau menonton anime yang memiliki unsur romansa gay antara karakter laki-laki. Istilah fujoshi berasal dari bahasa Jepang yang artinya sama dengan ‘wanita jahat’. Pada awalnya, istilah ini menyiratkan bahwa perempuan yang suka dengan Boys’ Love dianggap sebagai orang yang menyimpang dari norma sosial.
Sedangkan fudanshi mengacu pada laki-laki yang juga suka dengan cerita Boys’ Love atau yaoi. Meskipun istilah ini kurang populer dibandingkan fujoshi, tapi perilaku mereka sama-sama menjadi perhatian bagi penggemar anime dan manga. Secara harfiah, fudanshi berasal dari bahasa Jepang yang artinya adalah ‘laki-laki biasa’ atau ‘laki-laki normal’.
Perbedaan utama antara fujoshi dan fudanshi terletak pada gender mereka. Fujoshi adalah sebutan untuk perempuan, sedangkan fudanshi adalah sebutan untuk laki-laki. Meskipun begitu, mereka sama-sama memiliki minat yang sama dalam hal mengeksplorasi dunia Boys’ Love.
Sebuah studi yang dilakukan oleh pelajar menunjukkan bahwa fujoshi dan fudanshi, meskipun memiliki perbedaan gender, memiliki kesamaan dalam hal cara mengapresiasi cerita Boys’ Love. Mereka tertarik dengan aspek-aspek seperti karakter, plot, dan hubungan antar karakter yang terjalin dalam cerita Boys’ Love.
Selain itu, sebuah survei yang dilakukan oleh majalah Anime! Anime! juga menunjukkan bahwa fudanshi dan fujoshi memiliki kesamaan dalam hal minat pada sub-genre Boys’ Love. Studi tersebut menunjukkan bahwa keduanya memiliki minat yang sama pada kisah cinta yang rumit serta konflik emosional yang kuat.
Meskipun mereka memiliki kesamaan dalam hal minat, masih ada perbedaan yang cukup mencolok antara fujoshi dan fudanshi. Salah satu perbedaan yang paling jelas adalah cara mereka mengekspresikan minat mereka pada cerita Boys’ Love. Beberapa fudanshi lebih tertutup dalam menunjukkan minat mereka, sedangkan banyak fujoshi yang lebih aktif dalam membicarakan dan membagikan karya-karya yang mereka sukai di media sosial.
Selain itu, ada perbedaan dalam hal karakteristik yang sering diasosiasikan dengan fujoshi dan fudanshi. Fujoshi sering dianggap sebagai orang yang pintar dan berpengetahuan luas, sementara fudanshi cenderung lebih kalem dan introvert. Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perbedaan ini sebenarnya tergantung pada individu masing-masing.
Dalam kesimpulan, fujoshi dan fudanshi adalah dua istilah yang cukup populer di kalangan penggemar anime dan manga. Meskipun terdapat perbedaan cukup mencolok antara keduanya, namun mereka sama-sama memiliki minat yang sama dalam dunia Boys’ Love. Perbedaan di antara mereka sebenarnya tidak terlalu signifikan dan tergantung pada individu masing-masing.
Tanggapan Masyarakat Terhadap Fujoshi
Fujoshi, istilah untuk perempuan yang senang dengan cerita-cerita Boys Love (BL), efeknya menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Beberapa orang mengkritik fujoshi karena dianggap memperburuk citra perempuan. Menurut mereka, fujoshi menunjukkan bahwa perempuan hanya tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan seks, dan membuat citra perempuan menjadi negative. Pandangan ini menimbulkan keluhan dari berbagai kalangan, khususnya mereka yang menganggap fujoshi sebagai majoritas yang mengintip dan membaca cerita BL secara diam-diam.
Di sisi lain, banyak juga yang menganggap fujoshi adalah bentuk kebebasan berekspresi. Mereka merasa bebas menggemari hal-hal yang mereka sukai tanpa takut dihakimi oleh orang lain. Fujoshi menjadi tempat berlindung bagi perempuan yang merasa terkekang dalam masyarakat yang masih memandang negatif pada cerita-cerita BL.
Selain itu, beberapa pengamat menyatakan bahwa fujoshi dapat menunjukkan keberagaman di kalangan perempuan. Ada sebagian perempuan yang lebih tertarik pada cerita Boys Love, sementara yang lain bisa menikmati berbagai cerita lainnya tanpa terbatas pada genre tertentu. Dengan demikian, fujoshi dapat menjadi cara bagi perempuan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak untuk menikmati konten yang mereka sukai.
Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat masih menilai dengan patokan-patokan tradisional bahwa perempuan harus menikmati hal-hal yang menunjukkan femininitas mereka. Namun, fujoshi membuktikan bahwa perempuan memiliki selera yang sangat bervariasi dan tidak terbatas pada genre tertentu saja.
Jadi, pada akhirnya tanggapan masyarakat terhadap fujoshi sangatlah bervariasi. Ada yang memandang negatif dan merasa fujoshi hanya menunjukkan citra perempuan yang buruk, namun ada juga yang memandang positif dan menganggap fujoshi sebagai bentuk kebebasan bereksperesi dan menunjukkan keberagaman di kalangan perempuan. Namun, fujoshi menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan selera mereka dengan bebas, tanpa harus khawatir dihakimi oleh masyarakat sekitarnya.