Apa itu Syiah dan Bagaimana Kepercayaannya?
Salam! Banyak yang mungkin sudah sering mendengar tentang Syiah, namun belum banyak yang benar-benar tahu apa itu Syiah dan bagaimana kepercayaannya. Secara singkat, Syiah adalah salah satu cabang agama Islam yang diakui dan dipraktikkan oleh sekitar 10-15% umat Muslim di seluruh dunia. Namun, kepercayaan dan praktik keagamaan Syiah memiliki perbedaan signifikan dengan Islam Sunni yang umum dianut di Indonesia. Untuk lebih memperjelasnya, mari kita simak penjelasan lebih lanjut.
Apa Itu Syiah?
Syiah adalah salah satu dari dua kelompok besar dalam Islam yang memiliki keyakinan dan praktek agama yang unik jika dibandingkan dengan kelompok utama lainnya, Sunni. Dalam perspektif Syiah, ada orang-orang yang dipercayai memiliki hubungan khusus dengan Allah dan membawa wahyu-Nya, yang disebut imam. Mereka juga merujuk pada 12 imam keturunan Nabi Muhammad, termasuk Ali bin Abi Thalib yang dianggap sebagai yang pertama. Oleh karena itu, Syiah juga disebut Syiah atau Pengikut Ali.
Sebagian besar umat Islam beranggapan bahwa posisi Khalifah setelah kematian Nabi Muhammad adalah pemimpin umat Islam. Mereka mengakui empat khalifah pertama, tetapi Syiah percaya bahwa posisi ini seharusnya menjadi hak keluarga Nabi Muhammad melalui keturunannya. Oleh karena itu, Syiah menganggap Ali sebagai khalifah pertama dan harus menjadi pemimpin yang sah. Selain itu, Syiah percaya bahwa Ali memiliki pengetahuan mendalam yang diberikan oleh Nabi Muhammad sendiri, yang dikenal sebagai Wahyu Ilahi.
Namun, Syiah tidak hanya melihat Ali sebagai pemimpin yang sah, tapi juga memiliki kepercayaan lain yang membedakan mereka dari kelompok utama lainnya. Mereka percaya bahwa hanya imam yang memiliki otoritas dalam interpretasi hukum Islam. Oleh karena itu, mereka menganggap kitab suci mereka, Al-Quran dan Hadis, sebagai sumber utama hukum Islam yang harus diinterpretasikan oleh para imam. Setiap imam dianggap sebagai orang suci dengan pengetahuan yang sangat dalam dalam agama mereka.
Syiah juga mempraktikkan beberapa ritual dan tradisi yang berbeda dari kelompok utama lainnya. Misalnya, mereka merayakan Muharram, bulan di mana keturunan Ali dan cucu Nabi Muhammad yang terakhir yang dianggap sebagai Imam ke-3, Husain bin Ali, menjadi martir di medan Karbala. Selama periode ini, Syiah melakukan ziarah ke Karbala dan berduka atas kematian Husain. Selain itu, Syiah juga secara tradisional menganut pakaian hitam dan merajut tiga jumbai di kepala mereka untuk menunjukkan solidaritas dengan para martir.
Sumber pendapatan Syiah juga berbeda dari kelompok Sunni. Dalam kebanyakan kasus, komunitas Syiah tergantung pada sumbangan dari pengikutnya dan keberhasilan bisnis mereka sendiri atau bisnis yang dikelola oleh para Pendeta. Para pendeta ini sering dipandang sebagai orang suci yang memiliki pengetahuan dalam agama dan berhak memberikan arahan dalam kehidupan sosial di antara Syiah.
Ketika kita berbicara tentang Syiah, kita perlu memahami bahwa ada banyak cabang dan sub-kelompok di dalamnya. Sayangnya, sejarah Suriah menunjukkan adanya konflik antara Syiah dan Sunni, dan kadang-kadang dihubungkan dengan intervensi luar negeri, dalam konteks geopolitik saat ini. Walau begitu, hubungan simpati antara pengikut kelompok Sunni dan Syiah sering terjadi, terlebih di Indonesia, di mana keragaman agama dihargai dan dipraktikkan secara mandiri dan damai.
Sejarah Singkat Syiah
Gerakan Syiah dimulai setelah kematian Nabi Muhammad pada tahun 632 Masehi. Saat itu, pemilihan pengganti Nabi sebagai khalifah menjadi sumber perpecahan dalam masyarakat Muslim. Kelompok Syiah memilih Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi, sebagai khalifah pertama. Namun, kelompok mayoritas, yang disebut Sunni, memilih Abu Bakar sebagai khalifah.
Seiring berjalannya waktu, Syiah dan Sunni semakin memiliki perbedaan pandangan, bukan hanya dalam hal kepemimpinan umat Islam, tetapi juga dalam hal keyakinan teologis dan praktik keagamaan. Kelompok Syiah meyakini bahwa hanya keturunan Nabi Muhammad, diawali dari Imam Ali, yang layak untuk memimpin umat Islam. Sementara Sunni memilih khalifah atas dasar kelayakan atau kecakapan.
Ada beberapa kelompok Syiah di dunia, namun dua kelompok yang paling terkenal adalah Syiah Dua Belas dan Syiah Zaidi. Syiah Dua Belas menjadi kelompok Syiah terbesar di dunia dengan sekitar 90% dari populasi Syiah, sedangkan Syiah Zaidi lebih banyak ditemukan di Yaman.
Sejarah Syiah adalah sejarah yang penuh dengan konflik dengan kelompok Sunni yang menjadi mayoritas dunia Muslim. Sejumlah peperangan telah terjadi selama berabad-abad, termasuk Perang Karbala pada tahun 680, di mana cucu Nabi Muhammad, Hussein bin Ali, dibunuh dalam pertempuran melawan pasukan Umayyah yang berkuasa pada saat itu. Peristiwa ini sangat penting bagi Syiah karena dianggap sebagai tindakan pengkhianatan dan ketidakadilan pada keluarga Nabi Muhammad.
Meskipun Syiah seringkali menjadi minoritas dalam sejarah Islam, namun Syiah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemikiran dan budaya Islam. Terlebih lagi, karakteristik Syiah, yang cenderung memihak pada keadilan dan kebenaran, tetap menjadi faktor penting dalam dinamika politik dan sosial dunia Islam.
Perbedaan Keyakinan Syiah dengan Sunni
Perbedaan keyakinan yang paling mendasar antara Syiah dan Sunni terletak pada pandangan mereka tentang suksesi kepemimpinan dalam Islam. Syiah percaya bahwa kepemimpinan muslim harus dimiliki oleh keluarga Nabi Muhammad SAW, sedangkan Sunni lebih memprioritaskan pemimpin muslim yang dipilih melalui musyawarah umat Islam.
Hal tersebut berasal dari perbedaan pandangan tentang siapa yang layak menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat. Syiah meyakini bahwa Ali, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, adalah orang yang paling pantas menjadi pimpinan muslim saat itu. Mereka juga meyakini bahwa Ali bukanlah kerabat Nabi Muhammad yang sembarangan, tetapi merupakan seorang yang disucikan, bahkan disamakan derajatnya dengan Nabi Muhammad dan keluarganya.
Namun, Sunni lebih banyak memilih orang lain yang memiliki kualitas kepemimpinan untuk menjadi pemimpin muslim, karena mereka meyakini tidak ada individu apapun yang disucikan dalam agama Islam selain Nabi Muhammad.
Perbedaan yang signifikan ini memicu munculnya perbedaan dalam tingkat keagamaan, kebudayaan, dan sosial antara kedua kelompok tersebut. Beberapa perbedaan antara Sunnis dan Syiah yang terkait dengan perbedaan pandangan ini diungkapakan sebagai berikut.
Perbedaan dalam Hukum Islam
Di dunia Muslim, hukum Islam sangat penting dan menjadi pelopor utama dalam arahan kehidupan mereka. Sebagai kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda tentang suksesi kepemimpinan Islam, Syiah dan Sunni memiliki perbedaan dalam hal hukum Islam.
Syiah memandang Ali dan keturunannya sebagai pemimpin yang sah dari Islam, oleh karena itu mereka menempatkan Ali sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam hal hukum Islam. Namun, Sunni meyakini bahwa pemimpin negara atau bagiannya diyakini sah menjadi pemimpin tertinggi dalam urusan hukum Islam dan otoritas keagamaan.
Hal ini mempengaruhi interpretasi hukum Islam dalam hal seperti ibadah, akidah, dan perilaku, karena interpretasi hukum Islam dapat berubah sesuai dengan pandangan masing-masing kelompok.
Kultus di dalam Islam
Syiah memiliki pandangan yang lebih sakral tentang praktik-praktik keagamaan yang lebih ekstrem daripada Sunni. Salah satu praktik keagamaan tersebut adalah ziarah ke makam tokoh-tokoh agama mereka, seperti pengunjung ke masjid atau makam Fatimah, puteri Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu, Sunni tidak seaktif Syiah dalam melakukan praktik keagamaan seperti ziarah ke makam para tokoh agama. Mereka lebih cenderung melaksanakan ibadah sesuai dengan Sunni yang benar-benar diperintahkan oleh agama Islam seperti shalat, zakat, dan puasa.
Namun, pedoman dari masing-masing kelompok untuk menjalankan tingkat keagamaan tersebut dijadikan sebagai panduan yang tidak berbeda secara signifikan dalam praktek-praktek yang berlangsung sehari-hari dari kedua kelompok tersebut.
Keyakinan tentang Imam Ali
Sebagai sosok yang diharapkan oleh Syiah menjadi pemimpin Muslim sesudah Nabi Muhammad, Imam Ali banyak dipuja oleh Syiah karena kesuciannya dan kontribusinya dalam mengembangkan agama Islam. Mereka memandang Ali sebagai contoh sempurna dari muslim yang keteladanannya dapat diikuti oleh umat Islam.
Sementara itu, Sunni lebih fokus pada mengikuti ajaran Nabi Muhammad dalam praktek agama sehari-hari. Mereka tidak terlalu vokal tentang posisi Ali sebagai pemimpin Islam, karena sumber-sumber agama Islam tidak menyatakan Ali adalah pemimpin agama Islam.
Jadi, perbedaan pandangan antara Syiah dan Sunni terhadap pandangan kepemimpinan muslim tersebut masih menjadi perbedaan yang terlihat. Bagi umat Islam, penting untuk menerima dan menghargai perbedaan tersebut, baik dalam hal agama maupun budaya, dan tidak ada satu kelompok pun yang benar-benar lebih superior daripada kelompok lainnya. Semua kelompok memahami Islam dengan cara mereka sendiri dan menjalankan agama sesuai dengan keyakinan mereka.
Cabang-Cabang Syiah
Gerakan Syiah merupakan salah satu aliran dalam agama Islam. Kelompok ini memiliki banyak cabang yang berbeda-beda dalam keyakinan dan praktiknya. Beberapa cabang dalam gerakan Syiah meliputi:
Duodecim (Ithna Ashariyyah)
Cabang Syiah yang paling besar adalah Duodecim (Ithna Ashariyyah). Nama ini berasal dari keyakinan mereka bahwa ada 12 imam yang dipilih oleh Tuhan untuk memimpin umat Islam setelah kematian Nabi Muhammad. Imam terakhir dalam Daftar tersebut, Muhammad al-Mahdi, menurut kepercayaan mereka masih hidup dan ditugaskan oleh Tuhan untuk kembali ke Bumi pada akhir zaman untuk memimpin dunia.
Selain itu, Ithna Ashariyyah juga memiliki beberapa keyakinan yang berbeda dengan Sunni dan gerakan Syiah lainnya. Misalnya, Ithna Ashariyyah meyakini bahwa imam-imam mereka memiliki otoritas ilahi yang sama dengan Nabi Muhammad sendiri. Oleh karena itu, tidak mematuhi perintah imam dianggap sebagai dosa besar. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa Al-Quran tidak dapat dipahami tanpa penafsiran dari imam-imam mereka.
Ismailiyah
Cabang Syiah lainnya adalah Ismailiyah, yang namanya berasal dari nama imam ke-7 mereka, Ismail bin Jafar. Ismailiyah memiliki beberapa perbedaan dalam pandangan agamanya dengan kelompok Ithna Ashariyyah. Salah satunya adalah mereka meyakini bahwa imam ke-7, Ismail bin Jafar, adalah imam terakhir. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa imam-imam mereka memiliki sifat ilahi, yang mirip dengan Tuhan.
Zaidiyah
Zaidiyah adalah kelompok Syiah lainnya yang didasarkan pada keyakinan bahwa imam-imam mereka harus dipilih oleh umat Islam. Mereka juga percaya bahwa hanya imam yang secara teologis dan moral layak yang dapat memimpin umat Islam. Selain itu, Zaidiyah juga menekankan pentingnya jihad dalam menegakkan keadilan di dunia.
Alawiyah
Cabang Syiah yang lebih kecil adalah Alawiyah atau Alawiyyin, yang dinamai dari nama keluarga Nabi Muhammad, yaitu Bani Alawi. Mereka meyakini bahwa imam-imam mereka berasal dari bani Alawi, dan bahwa Nabi Muhammad telah menunjuk cucunya, Ali bin Abu Talib, sebagai imam pertama mereka.
Alawiyah juga memiliki beberapa kepercayaan yang berbeda dengan kelompok Syiah lainnya. Seperti misalnya, mereka meyakini bahwa imam mereka memiliki sifat ilahi, dan bahwa pernikahan sesama jenis diperbolehkan dalam masyarakat mereka.
Fivers
Fivers, juga dikenal sebagai Zaidiyah Shia, adalah kelompok Syiah kecil yang berasal dari Yaman. Kelompok ini dinamakan Fivers karena mereka hanya mengakui lima imam, yaitu Ali, Hasan, Husain, Zainul Abidin, dan Muhammad al-Baqir. Mereka meyakini bahwa kelima imam ini dipilih oleh Tuhan dan memiliki otoritas ilahi seperti Nabi Muhammad. Kelompok ini juga menolak pemerintahan Umayyah dan memperjuangkan keadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakat.
Itulah beberapa cabang dalam gerakan Syiah. Meskipun memiliki perbedaan dalam keyakinan dan praktek agama, semua kelompok ini memiliki kesamaan dalam cinta dan pengabdian mereka kepada Tuhan dan Nabi Muhammad.
Kontroversi yang Menyertai Syiah
Meskipun ajaran Syiah telah ada selama berabad-abad, namun kontroversi masih sering muncul di seputar ajaran dan praktek mereka. Baik di dalam maupun di luar dunia Muslim, Syiah menjadi topik perdebatan yang paling banyak dibicarakan.
1. Perselisihan Antara Golongan
Salah satu kontroversi yang sering muncul dalam gerakan Syiah adalah perselisihan antara golongan. Syiah memiliki beberapa golongan seperti Twelver, Seveners, Fivers, Zaidi, dan Ismaili. Masing-masing golongan memiliki kepercayaan dan pandangan yang berbeda-beda, baik dalam hal fikih maupun kepercayaan fundamental. Perselisihan antar golongan dalam Syiah sering kali memunculkan gesekan yang dapat mengganggu keharmonisan di antara para pengikutnya.
2. Keterkaitan dengan Revolusi dan Konflik Politik
Syiah sering kali dikaitkan dengan revolusi dan konflik politik, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu contoh paling terkenal adalah revolusi Iran pada tahun 1979, di mana gerakan Syiah berhasil merebut kekuasaan. Selain itu, Syiah juga sering dikaitkan dengan konflik politik di negara-negara seperti Irak, Lebanon, dan Bahrain. Kebanyakan konflik politik yang melibatkan Syiah memunculkan polarisasi yang kuat dengan kelompok-kelompok Sunni atau Muslim non-Syiah lainnya.
3. Posisi Syiah dalam Islam Traditionalis
Posisi Syiah dalam Islam tradisional sering menjadi kontroversi, terutama dalam hal pandangan tentang sahabat dan pengikut Rasulullah. Pandangan Syiah yang kontroversial adalah bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Aisyah tidak diakui sebagai sahabat Rasulullah yang sejati. Ini sangat bertentangan dengan pandangan Islam Sunni yang universal dan lebih terbuka untuk toleransi dalam bentuk perbedaan pandangan yang tidak menganggu hak asasi manusia yang lebih fundamental.
4. Konsep Imamat
Imamat adalah salah satu konsep utama dalam Syiah. Syiah mempercayai bahwa imam-imam memiliki posisi penting dan memiliki pengaruh besar dalam bentuk keabsahan agama dan penafsiran dari sumber ajaran mereka dengan inspirasi langsung dari Tuhan. Terkadang konsep ini dianggap kontroversial oleh kalangan umat Islam Sunni. Syiah percaya bahwa imam-imam mereka adalah suksesor yang dipilih langsung oleh Tuhan atas nama Rasulullah. Sedangkan umat Islam Sunni lebih mengandalkan pemilihan pemimpin melalui musyawarah dan kesepakatan alasan yang lebih luas.
5. Menebar Fitnah dan Bercerita dengan Dusta
Umat Islam pernah melihat para ulama Syiah yang rajin menyebar fitnah dan bercerita dusta untuk mempertahankan kepentingan mereka. Hal ini adalah salah satu kontroversi yang paling menganggu antara kelompok Sunni dan Syiah. Penyebaran fitnah bisa merusak kepercayaan dan menghancurkan persatuan antar umat Islam. Karenanya, kontroversi ini sering menjadi sorotan perhatian di kalangan umat Islam.
Itulah beberapa kontroversi yang sering muncul dalam gerakan Syiah. Walaupun begitu, sebagai seorang Muslim, kita harus dapat menghargai perbedaan pandangan dan berlaku toleran dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut.