Kelas : VIII
Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kategori : Ilmu Fiqh
Kata Kunci : Sujud Syukur, Penjelasan sujud syukur, makna sujud syukur, banyaknya rakaat yang dikerjakan sujud syukur, penjelasan sujud sahwi, dalil sujud sahwi, banyaknya rakaat yang dikerjakan sujud sahwi, penyebab orang melakukan sujud sahwi, Qs. Al Baqarah ayat 183 – 184, dalil orang yang sakit diperbolehkan tidak puasa.
Kode : –
Pembahasaan :
1. Jumlah sujud yang dilakukan dalam sujud syukur sebanyak 1 (satu) kali.
Sujud syukur ialah salah satu sujud ungkapan rasa bersyukur dan bahagia atas kenikmatan yang baru saja diperoleh atau kebahagian atas dihindarkannya diri dari berbagai marabahaya oleh Allah SWT. Sujud ini dilakukan secara spontan dan hanya satu kali, hal ini didasari oleh Hadits Riwayat Abu Dawud, yang berbunyi
“Dari Abu Bakrah, sesungguhnya Rasulullah SAW apabila mendapat sesuatu yang menyenangkan atau diberi kabar gembira segeralah beliau tunduk sujud sebagai tanda syukur kepada Allah Swt”
2. Jumlah sujud yang dilakukan dalam sujud syahwi / sahwi sebanyak 2 (dua) kali.
Sahwi memiliki arti lupa, maka maksud dari sujud sahwi ialah sujud yang dilakukan ketika shalat dikarenakan adanya bagian shalat yang tertinggal maupun terlupa baik jumlah rakaatnya, atau sejenisnya secara tidak sengaja. Sujud sahwipun memiliki dalil dari Hadits Riwayat Bukhari No. 1224
فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ
“Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.”
3. Penyebab – penyebab kita harus melakukan sujud sahwi, antara lain :
a. Tidak membaca surah Al – Fatihah.
b. Ragu atau tidak yakin akan jumlah rakaat yang dikerjakan.
c. Membaca bacaan shalat tidak sebagaimana tempatnya. Semisal membaca bacaan rukuk ketika sujud, membaca bacaan sujud ketika iktidal, membaca al fatihah ketika duduk diantara dua sujud, dsb.
d. Mengerjakan shalat tidak dengan tuma’ninah.
e. Mengeraskan bacaan setelah tasyahhud awal.
f. Tidak membaca bacaan tasyahhud awal dan tasyahhud akhir.
g. Tidak melakukan duduk yang diwajibkan ketika shalat, yaitu semua jenis duduk kecuali duduk tasyahhud akhir..
4. Pada soal No. 4, merupakan penggalan dari surah Al – Baqarah ayat 183. Berikut lebih jelasnya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu kutiba ‘alaikumush-shiyaamu kamaa kutiba ‘alaal-ladziina min qablikum la’allakum tattaquun(a)
Artinya : “Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (Qs. Al Baqarah : 183)
5. Orang sakit diperbolehkan tidak berpuasa tapi wajib berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan ketika sudah sehat atau wajib membayar fidyah apabila tidak mampua berpuasa. Hal ini didasari dari dalil Quran Al – Baqarah ayat 184. Yang berbunyi :
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ
“Maka siapa di antara kamu yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) untuk membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.”