SHOLAT dhuha sebagai sholat sunah yang mempunyai posisi spesial di mata Allah. Disamping itu banyak kelebihan dan faedah yang hebat.
Satu diantaranya sebagai wujud permintaan ampunan dosa ke Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Disamping itu, Sholat Dhuha mempunyai kelebihan lain, yakni bila kita melakukannya minimum dua rakaat karena itu pahala yang kita peroleh sama dengan 360 sedekah. Ini terkait dengan kelebihan Sholat Dhuha yang sanggup memperlancar rejeki.
Adapun doa yang disarankan dibaca sesudah Sholat Dhuha yakni:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
(Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibadakash shalihin).
Maknanya: “Ya Allah, sebenarnya waktu dhuha ialah waktu dhuha-Mu, keagungan ialah keagungan-Mu, keelokan ialah keelokan-Mu, kemampuan ialah kemampuan-Mu, pengamanan ialah pengamanan-Mu, Ya Alloh, jika rejekiku ada di atas langit karena itu turunkanlah, jika ada dalam bumi karena itu keluarkanlah, jika sulit mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Kamu hadirkan ke hamba-hambaMu yang saleh,”.
KH Yahya Zainul Ma’aif alias Buya Yahya menerangkan, doa itu bukan datang dari hadits Nabi. Tetapi doa ikhlas dari hamba ke Allah. Berdoa kata Buya Yahya, dapat dalam bahasa apa, sekalinya tidak ada pada hadits Rasulullah.
Dalam beragam kitab hadits memanglah tidak diketemukan asal mula doa itu. Pada Kitab Fiqih Sunnah kreasi Sayyid Sabiq tidak mengatakan doa itu, tetapi cuman mengatakan kelebihan Sholat Dhuha. Dan dalam Kitab Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj Wa Hawasyi Asy Syarwani wa al ‘Ibadi kreasi Ahmad bin Muhammad bin ‘Aly bin Hujr al Haitsami terutamanya dalam Hawasyi Asy Syarwani berisi doa itu dalam bab yang merinci Sholat Dhuha.
“Siapakah yang menjelaskan (doa Sholat Dhuha mengambil sumber dari) hadits? Itu doa dan doa bisa dalam bahasa apa yang perlu artinya betul, yang menjelaskan hadits dhoif ia sudah salah, karena itu bukan hadits” tutur Buya Yahya.
Walau demikian bacaan doa yang masyhur di kelompok ulama ini disarankan untuk dibaca sesudah usai melakukan Sholat Dhuha. Bahkan juga tidak cuma sesudah Sholat Dhuha tetapi kapan saja doa itu bisa dibaca.
“Sebagus bagusnya doa ialah doa yang sempat dibaca oleh Rasulullah, tetapi tidak seluruhnya orang dapat ingat semua doa Rasulullah. Karena dari itu semuanya orang dapat membuat doa oleh dirinya asal artinya betul,” ujarnya.